Pesona Kawah Galunggung

Liburan lebaran tahun ini 1429H/2008M saya dan keluarga menyempatkan berwisata ke pemandian Cipanas dan kawah gunung Galunggung, Tasikmalaya. Pemandian Cipanas dan kawah Galunggung merupakan salah satu objek wisata primadona Tasikmalaya, selain pantai selatan Cipatujah, Kampung Naga, dan tempat wisata religius Pamijahan. Untuk mencapai objek wisata pemandian Cipanas dan kawah gunung Galunggung jarak yang ditempuh ± 14 KM dari Singaparna ibu kota Kabupaten Tasikmalaya atau sekira 30-45 menit perjalanan dengan roda 2/4.

Sabtu pagi tiga hari setelah lebaran, sesuai rencana kami berangkat menuju objek wisata gunung Galunggung. Sayang cuaca kurang mendukung, mendung mulai bergelayut sejak keberangkatan kami dari rumah, padahal biasanya di pagi yang cerah kemegahan gunung Galunggung yang membiru dapat dengan jelas dilihat dari tempat kami. Pun ketika sampai di kawasan Cipanas Galunggung kabut pekat diiringi gerimis menyambut kedatangan kami.

Setelah membayar tiket masuk kami memutuskan untuk lebih dulu pergi ke kawah gunung Galunggung. Mengambil jalur sebelah kiri mengikuti jalan menanjak dan berkelok-kelok dengan pemandangan sisi kiri-kanan jalan yang rindang ditumbuhi pepohonan, tentu kondisi sekarang berbeda dibanding pada saat kami berkunjung 4 tahun lalu. Kabut mulai menyergap, jarak pandang semakin pendek, beberapa kendaraan mulai menyalakan lampu kuning berjalan perlahan membelah kabut yang semakin pekat. Hiruk pikuk anak-anak menyanyikan lagu naik-naik ke puncak gunung disertai tepukan tangan menghangatkan suasana seisi kendaraan.

Tiba di area parkir kawah gunung Galunggung yang tidak begitu luas ternyata telah sesak dipenuhi ratusan kendaraan roda empat maupun roda dua. Kami sepakat untuk mencoba menaklukan 620 anak tangga menuju kawah Galunggung, bagi yang tidak kuat disarankan untuk kembali turun menunggu di kendaraan. Diantara anggota keluarga kami pendaki paling muda adalah anak saya Ihsan 2,5 tahun sedangkan yang paling tua ibu saya 74 tahun. Pada tahun 2004 dalam usia 70 tahun Ibu saya mampu menaklukan 620 anak tangga sepanjang ± 2KM dan sampai di bibir kawah. Sayang sekali tahun ini beliau hanya sanggup menaiki 160 anak tangga, dengan kaki gemetar beliau minta dibantu untuk kembali turun.

Dengan susah payah dan nafas terengah-engah ditengah pekatnya kabut dan dinginnya gerimis yang menyiram tubuh, kami berhasil menaklukan 620 anak tangga dan tiba di bibir kawah. Alhamdulillah! Anak-anak bersorak. Ihsan pendaki paling muda (2,5thn) ikut bersorak gembira, tentu saja ia berhasil sampai puncak karena digendong bergantian 🙂

Tapi apa yang kami dapat di atas sana? Tak nampak keindahan kawah yang kami idamkan sebagaimana yang kami lihat tahun 2004, sejauh mata memandang hanya kabut putih yang sangat tebal. Semua anggota keluarga kami membisu, memandang kabut yang menutupi kawah. “Mana kawahnya?” teriak Ilman anak ke dua kami, sambil memutar tubuhnya melihat sekeliling. “Kok gelap, ih ngeri takut ah!” lanjutnya dengan mimik penuh ketakutan. Saya berusaha menenangkan Ilman, membujuknya dan membawa ia ke warung tenda di sekitar bibir kawah. Semua anggota keluarga kami beristirahat di warung tenda menikmati minuman sambil menceritakan pengalaman menembus 620 anak tangga.

“Antosan we dugi ka 30 menit, biasana halimun nu nutupan kawah nyingray,” (tunggu saja 30 menitan, biasanya kabut yang menutupi kawah lama kelamaan menghilang), begitu kata penjaga warung tenda. Dengan penuh harap kami menuruti perkataan penjaga warung tenda untuk menunggu. Ternyata ucapannya benar tak sampai 30 menit gerimis mulai berhenti, kabut yang menutupi kawah perlahan-lahan menghilang. “Itu kawahnya!” seru Izzan anak pertama kami sembari menunjuk ke bawah! “Horeee!” teriak anak-anak.

Semua orang memandang jauh ke bawah, sebagian diantaranya berusaha mendekat ke bibir kawah, menikmati pemandangan luar biasa, menyaksikan kabut putih berarak perlahan-lahan menuju angkasa, sebagian menyangkut di tebing sebelah utara, tebing paling tinggi menuju puncak gunung Galunggung. Beberapa saat kami tertegun, menikmati fenomena alam. Menyaksikan pemandangan menakjubkan ciptaan yang maha-Indah. Subhanallah!

 Sang Merah Putih berkibar di puncak pulau di tengah kawah. Tampak di sebelah kanan beberapa tenda pendaki gunung yang bermalam di sisi kawah.

Dua puluh enam tahun lalu warga di sekitar gunung Galunggung menderita diguyur hujan pasir, dilempari batu dari angkasa, disesaki dengan pengapnya debu, dikejutkan dengan gelegar membahana dan dibanjiri lahar panas. Tapi kini sisa-sisa amukan gunung Galunggung 1982 seolah sirna, yang nampak adalah keindahan alam dan suburnya lahan pertanian. Terima kasih Ya Allah, Engkau maha-Kuasa meliputi segala sesuatu. 

Rencana kami berikutnya setelah menikmati indahnya kawah Galunggung yaitu menghangatkan badan setelah diguyur gerimis dengan berendam air hangat di pemandian Cipanas. Namun lagi-lagi cuaca tidak mendukung untuk melaksanakan niat kami, cuaca sangat cepat berubah, awan hitam bergerak cepat menutupi gunung Galunggung. Belum sempat sampai di gerbang pemandian Cipanas hujan lebat mengguyur kami. Dengan terpaksa kami membatalkan niat berendam di Cipanas, berlari mencari tempat berteduh.

Hampir satu jam kami menunggu hujan reda, berlindung di bawah bangunan permanen beralas semen yang sepertinya disiapkan untuk panggung pertunjukkan. Beberapa pengunjung menggelar tikar dan menyiapkan bekal makanan yang dibawanya. Baru saja termos nasi yang mereka bawa dibuka, cucuran air hujan dari atap fiber yang bocor tepat menimpa nasi itu. “Astaghfirullah, moal jadi dahar atuh sanguna kabaseuhan hujan!” (Astaghfirullah, nggak jadi makan dong nasinya basah kehujanan), kata seorang ibu sambil segera menutup termos nasi. “Eta sambel tarasina ge kahujanan, geuwat tutupan nyai!” (itu sambal terasinya kehujanan, cepat tutup), teriaknya pada seorang wanita muda didepannya. Sayang sudah terlambat sambel terasi dalam wadah plastik itu telah meluber dipenuhi air hujan.

Hujan telah reda kami beranjak menuju area parkir kendaraan yang cukup jauh dari gerbang pemandian Cipanas. Area parkir yang cukup luas, sepertinya akan dibangun sesuatu di tempat itu. Gundukan batu-batu besar berbentuk persegi yang berserakan di pinggir area parkir jadi tempat duduk pengganti tikar yang lupa kami bawa.  Kami menikmati makan siang dengan nasi timbel sebesar betis orang dewasa yang dibungkus daun pisang klutuk, aroma nasi timbel yang khas ditemani pepes ikan jambal roti dan lauk pauk alakadarnya olahan ibu kami, sungguh nikmat! “Isang mau pete eyang!” teriak anak saya paling kecil sambil berusaha mengambil pete mentah. “Eit! Anak kecil tak boleh makan pete!” kata kakak saya sambil menjauhkan pete dari jangkauan anak saya. Ihsan merenggut disertai gerutuan tak jelas.

Dengan perut penuh kami beranjak pulang, melewati jalan yang kami lalui pada saat berangkat pagi. Jalan ke arah gunung Galunggung seakan tak ada putusnya dipadati kendaraan roda empat, roda dua dan pejalan kaki. Lebaran yang fitri membawa suasana positif, sepertinya semua pengunjung yang datang ingin bersilaturahim dengan sesama insan, dengan alam, dengan gunung, dengan air terjun, dengan kabut, dengan gerimis, dan dengan hujan. Mereka rela berbasah-basah karena keringat dan air hujan, rela berdesakan di ratusan anak tangga yang curam, demi satu tujuan menyapa alam dan pemilik-Nya yang maha-Kuasa.

Betul, Ya Allah, kami merasa kecil di bibir kawah di atas gunung nun jauh di atas sana. Kami tak memiliki apa-apa di dunia ini. Hilangkan kesombongan pada hati kami yang dengki, pada kepala kami yang ditumbuhi benih keras kepala, pada dada-dada kami yang sesak dengan nafas dunia, pada tangan kami yang sering lupa menyentuh tangan mustadh’afin. Bimbinglah kami agar senantiasa berada pada jalan lurus menuju ridhomu. Amin.

85 respons untuk ‘Pesona Kawah Galunggung

  1. Subhanalloh, indahnya pemandangannya…

    Oh ya, saya ingin mengucapkan:
    Bila kata merangkai dusta..
    Bila langkah membekas lara…
    Bila hati penuh prasangka…
    Dan bila Ada langkah yang menoreh luka.
    Mohon bukakan pintu maaf…
    Selamat Idul Fitri Mohon Maaf Lahir Batin

    More? Click Here

  2. Pada tahun 1974, saya bertugas di Garut hanya sekitar 10 km dari kawah Galunggung, teman saya malah mendapat tempat di desa yang terdekat dengan kawah.

    Kemudian pada tahun 1982 saya kebetulan bertugas ke Tasikmalaya saat gunung Galunggung meletus, dan mampir di pemandian Cipanas sambil mendengarkan gelegarnya gunung Galunggung yang lagi batuk. Entah apa desa tempat saya praktek dulu masih ada, kalau tak salah namanya desa Sukaratu, dapat dicapai dari kecamatan Wanaraja.

  3. Wah … saya lumayan sering ke Gunung Guntur, Patuha dan Kamojang tapi belum sempat ke Galunggung. Jadi kepengen ke sana nih … apalagi tahun 82 saya juga merasakan hujan abu di Bandung saat masih tingkat 2. Terima kasih sudah berbagi cerita di sini.

  4. Duh asyiknya… bisa berwisata kesana…. Pastinya rilex dan happy…

    Udah penat dg kerjaan seharian. Setiap hari non- stop. ..Huuuh.

    Selamat hari raya idul fitri. Mohon maaf lahir dan batin

  5. ahhh senangnya jalan jalann..saya berasa ikutan waktu baca tulisan ini 🙂

    btw

    thx banget atas komen do di ulang tahun anakku..aku harap Allah selalu memberikan kebaikan, kebahagiaan dan perlindunganNya di manapaun kamu berada..Amien

  6. wow…keren bangeeeett…..
    duuhh…kapan yach bisa kesana…
    btw itu dimana yaacchh…?? 😀

    ==============================================================================
    Kawah gunung Galunggung terletak di Kabupaten Tasikmalaya, Jawa Barat.

  7. bercengkerama dengan alam memang sering membuat kita merasa kecil sekali, jadi beruntunglah orang2 yang biasa mermesraan sama alam karena selalu diingatkan bahwa kita manusia itu bukan apa2nya kalau dibandingkan alam ciptaanNya

  8. i know its too late…
    and maybe not in good post..
    but, please let me say this..

    happy ied mubarak 1429H

    taqabalallahu minna wa minkum
    taqabalallahu yaa kariim
    minal aidin wal faidzin…
    ^_^

    masih banyak kan stok maapnya?
    ^_^’

    btw, kapan saya diajak jalan2 k sana???

  9. pengen banget ke galunggung dan camping di sana
    tapi dah gal ada waktu lagi abis dah ada si haliz sih yang harus di jagain terus
    eh iya salam cumi
    cuma mina aidin walfaidzin

  10. Subhanallah indahnyaaaa 😦
    Kapan ya bisa ke sana ?

    Btw, minal aidin wal faidzin ya kang 🙂
    wilujeng boboran siyam 🙂
    hapunten segala kalepatan abdi 🙂

  11. Wew, beneran bagus banget. Boleh saya copas buat ilustrasi? nanti saya cantumin linknya 😀

    ==============================================================================
    Silakan dengan senang hati 🙂

  12. wahhh kerennnnn… mauuuuuuuu
    belum pernah ke sana sih…

    Tapi coba deh datang ke Danau Toba..
    beberapa kali ke sana
    saya tetap saja takjub akan kebesaran Tuhan melihat keindahannya…

    btw kunjungan balasan nih.. ^_^

  13. informasi yang baik.. semoga kegiatan menulis anda senantiasa mendapat balasan yang setimpal dari Yang Maha Kuasa.
    Kunjungi blog saya. baca dan analisa dengan seksama. saya berharap kita dapat meraih kemapanan finansial bersama-sama. amin

  14. gajah kurus or gajah begang …. punten ah… heureuy!!! sering2 we ah majangkeun foto seputar TSM. Resep, resep pisan ninggalna. Nuhun ah….

  15. sekarang aja masih indah, apalagi wkt akang muda. Subhanallah. tah buat yg ngaku anak gunung jaga ya jangn buat coretan2 yg merusak pemandangn.

  16. duuuh…jadi pingin kesana lagi, sekarang aja masih indah, apalagi wkt akang muda. tah buat yg ngaku anak gunung jaga ya jangan buat merusak pemandangn.

  17. emang keren bgt deh kawah galunggung itu. . .
    gw terakhir kesana 2 tahun yg lalu. . .Alhamd masih bagus c tempatnya.. . . yg paling mantap tuh pas naik tangganya. . .huh cape bgt. . tp kalo dah di atas berasa ga mau turun. . .

    kalo yg kesana ga bakal nyesel deh. . mantab. . .

  18. wah kawah galunggung gua banget dulu selagi gua masih d garut kalao bt pasti kemping di galunggung ,soalnya tempatnya adem bersahabat keanagan w banyak di sana w biasanya kegalunggung naik sepedah smbil pisik .jadi w sekarang kangen banget ke galunggung I LOVE u Full galunggung. REFI BMX DEPOK

  19. numutkeun silsilahna (saur para sepuh di lembur kuring ayeuna; Kp. Ciawang tonggoh leuwisari singaparna), GALUNGGUNG teh lain ngan saukur ngaran gunung anu katelah ayeuna, tapi saenyanamah leuwih aheng batan eta. GALUNGGU8NG mangrupakeun ngaran hiji karajaan badag tatar sunda jaman baheula pisan, leuwih aheng batan karajaan PADJADJARAN, kitu pisan cenah saur sepuh kapungkur mah. malah saurna mah karajaan Padjadjaran gen sok ngadon ngahajakeun nyumpingan karajaan galunggung geusan mundut pitulung. kitu deui karajaan BANTEN saurna mah. bersambung coy…… (endang.meong@ymail.com)

Tinggalkan Balasan ke Nin Batalkan balasan